Iman > Mustahil (Bahasa Indonesia Only)




Iman > Mustahil
dimuat di Majalah Sabitah edisi 59 tahun 2013


Suatu ketika saya mencuci kendaraan yang ada di rumah bersama sang adik tercinta.  Saat saya sedang asyik mengelap bagian depan mobil sambil jongkok, adik saya menyuruh saya untuk geser sebentar karena dia akan memundurkan dan memarkirkan motor di dekat saya. Saya dengan tenang menjawab, " Ga usa geser, ga akan kena kok." Adik saya dengan tegas berulang kali menyuruh saya untuk pindah sebentar karena menurutnya, saya pasti kena. Lantas saya menjawab, "Lu percaya aja sama gw. Toh kan gw yang bisa ngliat lebih jelas dari sini kalo ga akan kena." Tanpa panjang balas, adik saya menuruti dan benar seperti kata saya, motor itu tidak kena sama sekali. Sambil tersenyum bangga, saya kembali mengelap mobil dan tiba-tiba 'tersentil' "Apakah imanku kepada Yesus sudah seperti itu?"

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrm2vibFc2pz6QO5ZqbJGt3oENcC7xgtosSKRdQzJBBuGZh8ll70IvomFSiRI11Yipd8jmFh0pvbsKsCNz-Ye9-uLC8m-myMOWWqybKa7f1nDdLjZ69LJKDyx6xChRUI8ykhwueIEAlCI/s1600/Believer.png

Saya membayangkan kita, umat-Nya berada di posisi adik saya, yang kadang terlalu yakin dengan 'penglihatan' kita sendiri. Bahkan ketika Yesus(digambarkan posisi saya) sudah meyakinkan bahwa 'percaya saja', tapi kita terkadang masih saja bandel.

Banyak sekali ayat Alkitab yang menegaskan bahwa, dengan iman yang besar, tiada yang mustahil. Sebut saja Matius 17:20 yang bunyinya " Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, --maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu."

Saya pernah bertanya-tanya kenapa tidak ada indikator iman, yang bisa mengukur sudah sebesar apa iman saya kepada Tuhan, tentu berpatok pada ukuran biji sesawi. Yesus tentu tidak menyuruh kita sibuk membayangkan ukuran dan kuantitas iman kita, apa sudah sebesar biji sesawi.  Yang lebih penting adalah kualitas iman itu sendiri. Yesus menginginkan iman yang dewasa dari setiap kita. Apa maksudnya?

Yesus mau mengajarkan bahwa iman adalah perjalanan, proses, bukannya pencapaian. Jangan sibuk bertanya-tanya apakah iman saya sudah sebesar biji sesawi. Yesus sendiri menggunakan barang yang kecil sebagai tolok ukur karena untuk mendapatkan mukjizat, tidak perlu sesuatu yang megah ataupun memerlukan pengorbanan yang besar. Yesus hanya berkata "iman sebesar biji sesawi", sesuatu yang kecil dan sederhana, bahwa mukjizat bukan barang yang mahal atau dimahalkan oleh Tuhan. Mukjizat ada bagi mereka yang percaya dan meminta.

Saya percaya bahwa kita semua -para murid Yesus- telah mengalami mukjizat dalam hidupnya secara unik. Saya pribadi mengalami sangat banyak, bahkan tidak bisa dihitung. Mukjizat tentu berbeda dari berkat. Ketika saya boleh menjadi penghibur bagi orang lain, itu adalah berkat bagi saya. Namun saat sebuah yang mustahil terjadi bagi saya ternyata terjadi karena kuasa Tuhan, itu baru mukjizat.

Sebagai pelajar, tentu saya punya masalah yang cukup 'terjadwal' dengan nilai. Saya punya masa jenuh dan kesulitan dalam beberapa pelajaran bahkan di jenjang perkuliahan. Suatu saat saya dihadapkan dengan bidang studi yang sangat teoritis dan kaku. Mau tidak mau, saya harus mendapat minimal B. Ada tiga aspek penilaian yang akan memengaruhi nilai akhir saya: ujian tengah semester, nilai tugas, dan ujian akhir semester. Bagi saya, minimnya aspek penilaian membuat pelajaran ini semakin menegangkan. Untuk ujian tengah semester, saya belajar bersama teman, saya berdoa, saya mempersiapkan batin dan fisik dengan cukup baik, dan puji Tuhan hasilnya cukup memuaskan. Berselang beberapa minggu, tibalah waktu ujian akhir semester. dan pelajaran ini jatuh di hari pertama ujian, pagi. Apa saya mempersiapkan diri? Akhir pekan tepat sebelum ujian saya habiskan untuk rekoleksi bersama tim pelayanan saya di luar kota. Saya baru sampai di rumah pada pukul 10 malam. Sepanjang rekoleksi, saya tidak tenang dan khawatir bagaimana saya harus mempelajari teori yang demikian banyaknya, dalam waktu beberapa jam untuk bisa ujian.

Saya berdoa, saya belajar sekuat saya, dan tibalah saatnya ujian. Soalnya hanya empat butir. Saya dengan ketegaran yang renyah (keras tapi rentan) mengerjakan soal-soal itu. Saya tutup ujian saya dengan doa, mempercayakan hal-hal di luar kuasa saya kepada Tuhan, dan saya keluar ruang ujian. Saya sempat membahas soal dengan teman, dan ternyata.. 2 jawaban soal saya tertukar. Jawaban untuk nomor 3 saya jawab pakai jawaban nomor 4 dan sebaliknya. Sekujur tubuh saya lemas, sakit kepala, dan penyakit musim mendadak lainnya menyerang.

Saya langsung ke ruang ujian kembali, berharap mukjizat. Saya bernegosiasi dengan dosen saya, minimal untuk memastikan apakah saya salah jawaban. Dosen saya dengan penuh senyum berkata, "Udah lu tenang aja, " sambil mempersilakan saya keluar. Teman-teman saya pun bingung menghibur saya, karena bila demikian benar adanya, nilai saya pasti 50(salah 2 dari 4 soal) dan dinyatakan tidak lulus untuk pelajaran itu.

Saya berdoa, memohon rahmat dan penguatan dari Tuhan. Bagi pelajar seperti saya, masalah nilai adalah masalah penghancur atau pemupuk masa depan yang cerah. Penantian beberapa minggu saya terjawab ketika nilai sudah beredar. Sebelum melihat, saya berdoa, masih dengan penuh keyakinan memohon nilai yang baik. Saya belum mau berpasrah!

Puji Tuhan Haleluya, nilai A terpampang cantik di situ.

Saya tidak berpikir "karena sebelumnya saya rekoleksi, saya pelayanan, makanya saya dapet nilai bagus". Semua orang berhak dapat nilai bagus, maksud saya mukjizat.

Dalam Matius 9:18-26, perikop tentang seorang perempuan yang sakit pendarahan, Yesus tidak menyembuhkan secara langsung perempuan itu. Ayat 21 berbunyi, "Karena katanya dalam hatinya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh." Dalam beberapa mukjizat penyembuhan lain, Yesus yang berinisiatif untuk memulihkan. Namun, di peristiwa ini, kesembuhan datang dari inisiatif perempuan yang sakit tersebut.

Inilah salah satu bukti dari ayat iman biji sesawi tadi. Bahwa, tidak penting betapa dunia ataupun keadaan mengatakan "Mustahil!" bagi apa yang kita harapkan. Dengan iman -sama seperti perempuan itu- kita diselamatkan.

Saya mau membagikan satu ayat favorit peneguhan ketika saya dirundung keputusasaan, Markus 11:24 " Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu." Kita hanya perlu mengimani bahwa kita SUDAH menerimanya, maka hal itu akan benar-benar kita terima. Pertama membaca ayat ini, saya tak mengerti. Bagaimana caranya meyakini kita sudah mendapat sesuatu padahal belum?
Suatu kali saya diperhadapkan dengan sebuah masalah berat yang akan memengaruhi masa depan saya bila benar terjadi. Saya berdoa 3x Novena 3 Salam Maria, Rosario, Renungan Pribadi, memuji Tuhan semalam suntuk. Saya sangat stres hingga saya kerap menangis membayangkan kemungkinan terburuknya.

Namun, kembali dengan iman, bahkan seperti orang kebingungan, saya melaksanakan Markus 11:24, saya berdoa, bersyukur karena doa saya sudah dikabulkan(padahal belum). Doa itu saya imani, dan tak sedikit cobaan yang datang menyuruh saya untuk menyerah pada keadaan. Bahkan teman dekat saya hanya mengatakan, "Berpasrah saja pada kehendak Tuhan."

 Saya bukannya mau memberontak, tapi saya mencoba mengimani Firman Yesus sendiri, bahwa dengan iman, mukjizat bisa terjadi. Melewati hari-hari cobaan berat itu, hingga akhirnya doa saya terjawab bahkan sebelum Novena saya selesai 9 hari, adalah sebuah berkat yang amat luar biasa. Semua argumen logis teman-teman saya terpatahkan dengan iman!

Saya berjanji kepada Tuhan dan Bunda Maria, bila doa saya dikabulkan, saya akan pakai mukjizat ini sebagai kesaksian yang luar biasa bahwa mukjizat itu nyata. Saya mempersembahkan tulisan ini sebagai ucapan syukur atas terkabulnya doa saya lewat Novena 3x Salam Maria, Rosario, dan doa kepada Tuhan Yesus kita. 

Bagi Anda yang merasa sukar, gelisah, merasa apa yang anda doakan tidak mungkin terjadi, percayalah! Banyak yang merasa sedemikian putus asanya termasuk saya, tapi saya sudah mengalami sendiri mukjizat itu nyata berkali-kali. Kita hanya perlu memiliki iman yang dewasa kepada Tuhan, karena Tuhan sangat mengasihi kita. Tuhan memberkati kita semua. Amin. /sbog/



 " I say my praise to You..
Despite the repentance of my sin..
I'm so grateful to be loved by You..
let me live to work on my salvation..
let me know if You are happy by my little act..
For, I'm nothing, and You took me high.
I thank You, Lord."


picture taken from: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrm2vibFc2pz6QO5ZqbJGt3oENcC7xgtosSKRdQzJBBuGZh8ll70IvomFSiRI11Yipd8jmFh0pvbsKsCNz-Ye9-uLC8m-myMOWWqybKa7f1nDdLjZ69LJKDyx6xChRUI8ykhwueIEAlCI/s1600/Believer.png

Reviews:

Post a Comment

Another Point of View © 2014 - Designed by Templateism.com, Plugins By MyBloggerLab.com

Contact us

Powered by Blogger.